Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

3 Langkah Menyiapkan Dana Pensiun Sedari Dini

Husen Miftahudin • 04 Maret 2021 19:32
Jakarta: Penting bagi semua orang untuk menyiapkan dana pensiun sedari dini. Dana tersebut perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari agar bisa menikmati gaya hidup yang sama meski tidak lagi bekerja atau berpenghasilan.
 
Financial Trainer QM Financial Emiralda Noviarti mengungkapkan, mempersiapkan dana pensiun perlu langkah yang tepat agar nilai tabungan yang dipersiapkan tidak tergerus. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni good money habit, punya dana darurat dan asuransi, serta menyiapkan dana pensiun sedari dini.
 
1. Good Money Habit

Dalam hal ini, Emiralda meminta untuk memperhatikan arus kas (cash flow) dan pengelolaan utang yang baik. Dari sisi arus kas, perlu me-manage pos-pos pengeluaran agar tidak terjadi 'besar pasak daripada tiang'.
 
Terdapat lima pos pengeluaran bulanan yang harus dijaga. Di antaranya cicilan utang yang maksimal 30 persen dari pemasukan. Kemudian pengeluaran rutin seperti belanja makan, rumah tangga, transportasi, kebutuhan anak, kesehatan, internet atau pulsa, yang harus dijaga di kisaran 40 persen sampai 60 persen.
 
Pos selanjutnya menabung atau investasi minimal 10 persen. Lalu pengeluaran sosial seperti zakat, sedekah, acara adat, bantuan rutin keluarga yang minimal 2,5 persen. Terakhir untuk pengeluaran pribadi atau gaya hidup yang maksimal 20 persen.
 
Untuk mengetahui kesehatan keuangan, perlu juga mendata harta atau aset apa saja yang dimiliki. Selain itu, perlu juga mendata kewajiban-kewajiban seperti kartu kredit, cicilan elektronik, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan utang-utang lain yang kita miliki.
 
"Total dari selisih antara aset dan kewajiban itu yang disebut sebagai kekayaan bersih. Idealnya kalo keuangan kita sehat, angka ini positif. Artinya, kita lebih punya banyak harta dibandingkan utang," tutur Emiralda dalam Kegiatan Entrepreneurship Series for Media Group #5 dengan tema 'Pensiun Dini VS Nanti', Kamis, 4 Maret 2021.
 
Namun, lanjutnya, jika profil keuangan lebih besar daripada utang, maka perlu dicek lebih lanjut utang-utang tersebut. Meski demikian, Emiralda tak melarang untuk berutang, asalkan hati-hati dan memenuhi sejumlah unsur.
 
Unsur-unsur boleh berutang tersebut, yakni ada lawannya berupa pembiayaan aset. Selanjutnya, periode cicilan minimal usahakan sama dengan periode penggunaan aset. Terakhir, sanggup membayar cicilan.
 
Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, maka klasifikasikan profil keuangan dalam rasio keuangan. Dalam rasio keuangan yang sehat, rasio likuiditas yang dimiliki minimal empat kali pengeluaran bulanan agar bisa mendanai empat bulan kehidupan pribadi jika suatu saat nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
 
"Kemudian rasio cicilan utang yang maksimal 30 persen. Terakhir, rasio menabung yang minimum harus 10 persen dari pemasukan yang diterima," jelas Emiralda.
 
2. Punya Dana Darurat dan Asuransi
 
Dana darurat merupakan dana yang disiapkan khusus, disimpan terpisah, dan tidak terganggu gugat sebagai jaring pengaman yang dapat dicairkan dalam keadaan darurat dan penyeimbang portofolio investasi. Idealnya dana darurat dikumpulkan dari penghasilan bulanan.
 
Dana darurat digunakan ketika berhenti bekerja (PHK/meninggalkan pekerjaan utama), situasi krisis finansial, atap rumah bocor, ekses tagihan rumah sakit, kendaraan mengalami kecelakaan, biaya pemakaman, investasi tujuan finansial yang belum memenuhi target, keluarga dekat butuh pertolongan, dan lain sebagainya.
 
Adapun kebutuhan dana darurat didasarkan pada profil pribadi. Jika lajang, maka dana darurat yang perlu disiapkan adalah sebanyak empat kali dari pengeluaran bulanan. Jika menikah, maka enam kali pengeluaran bulanan untuk menanggung dua orang.
 
Jika sudah berkeluarga dan memiliki satu anak, maka dana darurat yang dibutuhkan adalah sembilan kali pengeluaran rutin bulanan. Sedangkan jika sudah berkeluarga dan memiliki dua anak atau lebih, maka dibutuhkan 12 kali pengeluaran bulanan.
 
"Freelancer, pensiunan, dan wirausaha sebaiknya punya satu tahun dana darurat. Kenapa? Karena situasi freelancer, pensiunan, dan wirausaha itu lebih fragile. Jadi dana jaga-jaga ini harus besar. Ini teorinya, tapi bisa dicapai dengan cara dicicil," ucapnya.
 
Soal dana darurat ini, Emiralda menyarankan agar dana darurat disimpan di produk-produk investasi yang berisiko rendah, likuid (mudah dicairkan), dan mudah diakses. Di antaranya adalah tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, dan logam mulia.
 
"Untuk membaginya bagaimana? Bebas, sesuai dengan cara anda. Silakan dibikin berlapis, jadi ada di tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, maupun logam mulia. Kalau di tabungan semua, seringnya malah terpakai," urai dia.
 
Untuk suami istri, sebaiknya memiliki satu kali pengeluaran bulanan di rekening masing-masing. "Suami atau istri itu jangan pegang semua dana daruratnya, soalnya kalau suaminya kecelakaan dan tidak sadar, maka akan kesulitan untuk mencairkan dana darurat tersebut," ungkap Emiralda.
 
Soal asuransi sebagai proteksi, Emiralda meminta agar setiap individu memiliki asuransi BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan untuk setiap orang, dan asuransi jiwa untuk pencari nafkah utama keluarga. Cek fasilitas kesehatan yang diberikan asuransi, jika tidak memenuhi, maka tambah asuransi kesehatan yang lainnya.
 
3. Menyiapkan Dana Pensiun
 
Emiralda menerangkan bahwa setiap orang tanpa terkecuali akan pensiun, baik sukarela atau dipaksa pensiun. Artinya, orang yang pensiun tersebut tidak lagi bergantung pada penghasilan dari pekerjaan sebagai pegawai atau pemilik bisnis.
 
Biasanya, dana pensiun dari kantor tidak akan mencukupi, maka dari itu siapkan dana pensiun secara mandiri. Dana pensiun juga bisa dimulai dengan setengah dari harga sepatu yang biasa kita pakai.
 
Adapun sumber dana pensiun berasal dari BPJS Ketenagakerjaan seperti Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP), dana pensiun kantor, Taspen dan Asabri, dan investasi mandiri. Uang pensiun yang dihasilkan tersebut bisa digunakan untuk membeli aset aktif seperti surat berharga, properti yang disewakan, bisnis, dan lain sebagainya.
 
"Kita beli aset aktif, harapannya aset tersebut bisa bekerja untuk kita karena bisa menghasilkan passive income. Misalnya dibelikan rumah untuk dijadikan kos-kosan, kontrakan, tanah yang disewakan, hasilnya itu bisa untuk hidup di masa pensiun," paparnya.
 
Sebagai ilustrasi, pegawai kantor yang saat ini berumur 25 tahun dengan biaya hidup sebesar Rp5 juta per bulan, maka 30 tahun ke depan biaya hidup tersebut akan setara dengan Rp14 juta per bulan dengan asumsi inflasi 3,5 persen. Jika usia pensiun orang tersebut selama 30 tahun (55-85 tahun), maka kebutuhan dana pensiun yang diperlukan sebanyak Rp3,8 miliar.
 
Untuk memenuhi dana pensiun tersebut, tabungan pensiun dirasa tidak akan mencukupi. Karena jika pada saat usia 25 tahun orang tersebut hanya menabung Rp1 juta per bulan, maka uang pensiun yang dihasilkan hanya sebanyak Rp360 juta pada saat ia berusia 55 tahun.
 
Oleh karena itu Emiralda menyarankan untuk berinvestasi. Dalam hal ini instrumen di pasar modal dinilai cocok untuk memenuhi kebutuhan dana pensiun dalam 30 tahun yang akan datang, sebab instrumen saham tersebut biasanya memberikan imbal hasil yang cukup tinggi.
 
Terkait hal ini Emiralda membandingkan pemenuhan dana pensiun sebesar Rp3,8 miliar dari menabung dan investasi. Jika menabung, maka dana yang dibutuhkan per bulan adalah sebanyak Rp10,6 juta dengan asumsi imbal hasil nol persen per tahun.
 
Sedangkan jika berinvestasi, maka untuk memenuhi dana pensiun sebanyak Rp3,8 miliar pada saat usia pensiun 55 tahun, hanya dibutuhkan sebanyak Rp1,35 juta per bulan dengan asumsi imbal hasil 11 persen per tahun.
 
"Pensiun dini berfokus ke kebebasan finansial, tidak perlu mengkhawatirkan sumber penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Apapun yang kita pilih, mau pensiun sekarang atau nanti, yang namanya persiapan keuangan yang baik itu mutlak diperlukan. Siapapun menurut saya, perlu punya kebiasaan keuangan yang baik supaya hidup kita nanti lebih nanti sehingga bisa sehat finansial terus," pesan Emiralda.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan